Ini bener-bener pendakian penuh kenangan dengan banyak orang-orang yang akhirnya menjadi cukup dekat. Pendakian ini tidak menjadi pendakian terlama. Hanya butuh 12 hari tanpa mandi! Ada Kunyit yang berkaos merah disebelah kananku, ada Ines yang chubby di sebelah kiriku. Ada Teguh yang jongkok didepanku, ada Zainul yang berdiri dengan seragam birunya, dan ada Andri sang pembangkang tapi justru menjadi penyelamat pergerakan dikanan bagian belakang Kunyit!
Sebuah pendakian penuh sensasi di lereng selatan pegunungan Argopuro melewati Gunung Putri. Kita tersesat dijurang yang lost dari peta topografi! Alur komunikasi pun tidak tembus. Dua hari semalam kita tersesat. Dengan kondisi aku shock berat karena habis tergelincir ke jurang curam yang dalam dan persediaan air sama sekali habis! Beberapa akar liana tidak dapat membantu banyak. Acara minum satu tutup botol hanya dilakukan ketika kita beranjak tidur dimenjelang malam. Bukan saat perjalanan. Fiuuuhhh!! Luar biasa!
Adegan terkerennya adalah saat Andri demikian antusias ketika mendengar suara air, sehingga dia mengajukan diri sebagai leader. Dengan penuh semangat Andri mengejar air tanpa perlengkapan yang lengkap hingga akhirnya dia terperosok kejurang yang cukup tinggi dan curam. Untung saja banyak vegetasinya. Jadi tubuh Andri tidak menghantam dinding batu yang keras, cuma setelah itu bingung naiknya hahaha... kan gak bawa webing.. Belum lagi sepanjang jalan Sri Utami, salah satu peserta diklat yang ndut, menangis terus menerus kepingin pulang. Lha nyasar kok nangis pingin pulang? ahh, ada-ada saja...
Hanya aja di detik-detik akhir endingnya gak asyik. Begitu sudah ada signal komunikasi, aku dapet kabar Pakde dan Budheku meninggal dunia hampir bersamaan. Sedih jelas. Dan sejak itu aku dijaga ketat, takut blank.. It's really second family, thanks friends :)
Sebuah pendakian penuh sensasi di lereng selatan pegunungan Argopuro melewati Gunung Putri. Kita tersesat dijurang yang lost dari peta topografi! Alur komunikasi pun tidak tembus. Dua hari semalam kita tersesat. Dengan kondisi aku shock berat karena habis tergelincir ke jurang curam yang dalam dan persediaan air sama sekali habis! Beberapa akar liana tidak dapat membantu banyak. Acara minum satu tutup botol hanya dilakukan ketika kita beranjak tidur dimenjelang malam. Bukan saat perjalanan. Fiuuuhhh!! Luar biasa!
Adegan terkerennya adalah saat Andri demikian antusias ketika mendengar suara air, sehingga dia mengajukan diri sebagai leader. Dengan penuh semangat Andri mengejar air tanpa perlengkapan yang lengkap hingga akhirnya dia terperosok kejurang yang cukup tinggi dan curam. Untung saja banyak vegetasinya. Jadi tubuh Andri tidak menghantam dinding batu yang keras, cuma setelah itu bingung naiknya hahaha... kan gak bawa webing.. Belum lagi sepanjang jalan Sri Utami, salah satu peserta diklat yang ndut, menangis terus menerus kepingin pulang. Lha nyasar kok nangis pingin pulang? ahh, ada-ada saja...
Hanya aja di detik-detik akhir endingnya gak asyik. Begitu sudah ada signal komunikasi, aku dapet kabar Pakde dan Budheku meninggal dunia hampir bersamaan. Sedih jelas. Dan sejak itu aku dijaga ketat, takut blank.. It's really second family, thanks friends :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar